Kerjakan Soal dibawah ini !
Divisi
logistik pada PT.X bertanggung jawab pada proses penyediaan barang. Permintaan
pengadaan barang dapat diajukan oleh customer, dalam hal ini customer adalah
divisi-divisi lain pad a perusahaan yang sarna (PT. X).
Dalam
usaha pemenuhan permintaan tersebut maka divisi Logistik melakukan interaksi
dan kerjasama dengan divisi-divisi lain pada perusahaan yang sarna diantaranya
dengan divisi Pembelian/Purchasing dan
customer yang terkait, serta melakukan interaksi juga dengan mitra bisnis
perusahaan yaitu supplier selaku pemasok barang dan gudang selaku pengelola
penyimpanan barang.
Untuk
memperjelas permodelan maka dilakukan pembatasan, asumsi, dan penegasan sebagai
berikut:
1. Proses bisnis yang
dimodelkan adalah berdasarkan proses kerja divisi logistik dan tidak
memperhatikan secara terperinci proses kerja di divisi lain.
2. Fungsi bisnis Supplier
dan Gudang dikelola oleh perusahaan terpisah (tidak berada pada satu perusahaan
yang sarna).
3. Fungsi bisnis Supplier
dan Gudang juga berada di luar perusahaan yang dikaji (PT.X) dan merupakan
mitra bisnis PT.X.
4. Divisi Logistik tidak
menangani fungsi pembelian barang, penetapan harga, pemilihan mitra bisnis
(supplier/gudang) , dan pengadaan tender.
5. Proses bisnis
dimodelkan untuk mencapai kinerja optimal divisi Logistik yaitu dapat memenuhi
permintaan barang dan dapat menelusuri jejak status setiap permintaan barang.
Proses
dimulai ketika ada event keperluan barang dari customer. Customer kemudian
membuat dokumen permintaan barang yang kemudian dikirimkan ke bagian Logistik
dokumen ini (Material Request) kemudian diterima dan logistik akan mengirimkan
pesan permintaan status stock jenis barang seperti yang tertera pada dokumen
permintaan barang. Pesan ini diterima oleh Perusahaan pengelola pergudangan dan
kemudian setelah memeriksa keadaan di Gudang perusahaan ini akan mengirimkan
pesan kembali ke bagian Divisi Logistik tentang status keberadaan barang
tersebut. Berdasarkan pesan yang diterima ini kemudian bagian Logistik akan
melakukan evaluasi. Hasil evaluasi dapat berupa 3 alternatif yaitu:
1. Jika barang tersedia
sesuai permintaan maka divisi logistik akan mengirimkan surat perintah
pengeluaran barang (Material Ticket) ke bagian gudang. Kemudian berdasarkan
surat tersebut maka gudang akan mengeluarkan barang langsung kepada customer
yang meminta dan memberikan laporan pengeluaran barang kepada divisi Logistik.
2. Jika barang tidak
tersedia (stok kosong atau minimum) maka divisi logistik akan membuat surat
permintaan pengadaan barang (PR-Purchase Requisition) kepada divisi
Purchasing/Pengadaan yang masih berada pada perusahaan yang sama (PT,X). Divisi Purchasing kemudian akan menjawab
status permintaan pembelian tersebut.
3. Jika ternyata status
ketersediaan barang belum pasti karena ada proses pembelian dan pengiriman
barang yang belum selesai dari supplier (PO/Pembelian bermasalah) maka divisi
Logistik akan melakukan penelusuran lebih lanjut kepada supplier (perusahaan
terpisah dari PT.X dan merupakan mitra bisnis PT.X) dengan meminta konfirmasi
data dari bagian pembelian/puchasing.
Divisi
logislik kemudian akan membuat laporan hasil pengadaan barang maupun
penelusuran status ketersediaan barang sebagai alat untuk mengukur kinerja
divisi logistik. Proses dianggap selesai ketika barang telah terkirim ke
customer atau ketika laporan tentang penelusuran PO bermasalah dan
penyelesaiannya selesai dibuat.
Jawab :
Gambar 1.1
Diagram BPMN Proses Penelusuran PO pada Divisi Logistik
Diagram BPMN Proses Penelusuran PO pada Divisi Logistik
Gambar 2.1
Diagram BPMN Proses Penelusuran PO
pada Divisi Logistik (Ianjutan)
Gambar 2.2
Diagram BPMN Level 2 (Proses Penelusuran PO bermasalah pada DivisiLogistik)
KESIMPULAN :
Dari penerapan metoda BPMN pada kasus pemodelan proses bisnis pengadaan barang Divisi Logistik di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pemodelan Proses Bisnis menggunakan BPMN relatif lebih praktis digunakan karena dapat menggambarkan keseluruhan proses dalam satu diagram sederhana sehingga representasi proses bisnis relatif lebih cepat dipahami.
b. BPMN sangat sesuai digunakan untuk menggambarkan tipe relasi bisnis B2B dengan membedakan an tara aliran proses dengan aliran pesan sehingga ketika satu pihak bisnis berinteraksi dengan pihak lain, maka sifat interaksi biasanya hanya berupa pesan, tetapi tidak berupa satu instruksi proses.
c. Pada kasus di atas, terdapat 3 pool yaitu PT.X, Gudang dan Supplier. Divisi logistik sebagai bagian dari PT. X yang kemudian berinterkasi secara internal dan ekstemal.
d. Interaksi ekstemal divisi Logistik dengan Gudang dan Supplier kemudian dapat direpresentasikan sebagai tipe relasi bisnis B2B.
Sekian dan Terimakasih --
Dari penerapan metoda BPMN pada kasus pemodelan proses bisnis pengadaan barang Divisi Logistik di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pemodelan Proses Bisnis menggunakan BPMN relatif lebih praktis digunakan karena dapat menggambarkan keseluruhan proses dalam satu diagram sederhana sehingga representasi proses bisnis relatif lebih cepat dipahami.
b. BPMN sangat sesuai digunakan untuk menggambarkan tipe relasi bisnis B2B dengan membedakan an tara aliran proses dengan aliran pesan sehingga ketika satu pihak bisnis berinteraksi dengan pihak lain, maka sifat interaksi biasanya hanya berupa pesan, tetapi tidak berupa satu instruksi proses.
c. Pada kasus di atas, terdapat 3 pool yaitu PT.X, Gudang dan Supplier. Divisi logistik sebagai bagian dari PT. X yang kemudian berinterkasi secara internal dan ekstemal.
d. Interaksi ekstemal divisi Logistik dengan Gudang dan Supplier kemudian dapat direpresentasikan sebagai tipe relasi bisnis B2B.
Sekian dan Terimakasih --
Nama : Mia Safitri
NIM : A12.2017.05658
Komentar
Posting Komentar